Selasa, 07 Juni 2011

MORE OUT THAN ENTRI (banyak keluarnya daripada masuknya)


2  & 7 Juni 2011
Sambil mengantuk nih mata, sambil nulis tulisan singkat ini. Sekedar untuk berkarya dalam “karya mini” ini. Saya mencoba menyalurkan tulisan yang mungkin, bisa memberi inspirasi untuk diri gua sendiri, apalagi diri orang lain. Pusing . . . gak karuan . . . Cuma memikirkan, apa “kerja sampingan” di samping kerja utama di suatu instansi pemerintahan. Ini lah yang gua pikirin. Banyak temen gua senasib, sepenanggungan, se”satu piring”an, pokoknya se, se, dan semua serba satu nasib dah. Gara-garanya kenapa? Besar pengeluaran daripada pemasukan.
Emang bener sih, banyak yang mengaku gajinya gak cukup, gara-garanya
“lebih banyak pengeluaran daripada pemasukan”  . . . gimana gak kurang, ibarat begini, pada hari selasa, dapat gajian Rp.1.000.000 (satu juta rupiah), maka pada hari selasa itu juga duit sejuta itu, LUDES, habis terbakar untuk bayar :
  1. Bayar utang sama si temen, 2 minggu kemaren minjem 200.000’an
  2. kredit motor kurang lebih 500.000’an
  3.  untuk beli susu anak (itu untuk yang punya keluarga), sekitar 200.000 (susu yang mahal, kalo gak mahal gak cocok)
  4. bayar kos-kosan/kontrakan rumah (untuk yang merantau jauh dari kampung halaman) kira-kira 250.000 (itu aja sudah paling murah untuk takaran daerah tempat gua)
dari semua contoh yang ada, itu saja kalo di jumlah dan ditotal abis Rp. 1.150.000 . . . jadi yang tersisa bisa loe tebak . . . yak betul . . . - Rp. 150.000 . . . gak ampe situ aja duitnya bertahan. selasa malamnya, pengen banget makan mie ayamnya “Cak Plin”(contoh panggilan sayang untuk paman tukang jual mie ayam) yang sudah di “empet-empet” selama 2 minggu lalu, dan akhirnya terkabul lah keinginannya untuk makan mie ayam. Malam itu makan mie ayam khas Sunda, pake “pangsit” dan pentol. Di total habisnya sekitar Rpl 15.000. sisa uang sekitar - 165.000. kemudian, balik ke rumah dengan bensin di motor sudah limit, hampir habis, jika di teruskan mengendara motor itu, maka mogok lah di jalan. Makanya beli bensin di emper-emper pinggiran jalan 1 liter (yang mana takaran botol literannya aja gak sampe 1 liter) dengan harga 5.000. tinggal – 170.000 dah duitnya. wah, kerja sebulan dapet gaji 1.000.000, hari itu juga habis duit nya . “bahkan, duit gajinya “minus” 170.000. kalo dipikir begini :
dalam sebulan ada 30 hari. Itu kita di hargai sehari sekitar 32.000’an. banting tulang, dari dengkul jadi kepala, kepala jadi dengkul kerja sebulan full dengan semangat dan rajinnya. Kemudian habis begitu saja ketika dia terima duit itu pada saat hari pembagian gajinya malah minus 170.000 . Nah, kenapa begini bro, sis, mas, mba, om, tante, bapak, ibu . . .?
duit pemasukan “kalah syeet” sama duit pengeluaran. Habis dah, habis dah, habiiiiiiis  . . . kurangnya pengelolaan “keuangan pribadi” yang baik dan terkendali, dalam pribadi diri sendiri baek yang masih bujang maupun yang sudah berkeluarga.
Mao gaji sejuta, sepuluh juta, seratus juta, satu milyar bahkan satu triliyun pun kita gak akan puas dan tercukupi jika pengeluaran lebih “WAH” gedenya daripada pemasukan... ini yang membuat kita mengeluh, mengeluh, mengeluh dan mengeluh terus tiap habis menerima gaji, dan kemudia ludes habis. Sadar gak sadar memang itu yang kita alami. Disini gua gak mau kasih solusi, karena gua masih gak karuan orangnya, atau gua kurang lebih seperti apa yang gua tulis disini “lebih besar pengeluran daripada pemasukan” . . .
Gua hanya menyampaikan realita yang banyak terjadi di sekitar gua.

Rabu, 01 Juni 2011

“Rumah, Kamar Pribadi & design dalam toko”

Wednesday, 1 Juni 2011
Kadang terlintas di otak gua pikiran begini :
“punya rumah & perusahaan sederhana, kecil, juga enak dipandang ,di umur muda gua” . . .
Emang berkhayal itu enaaak . . .
Coba loe bayangin sendiri dah, umur 22 tahun sudah punya rumah yang bertipe 36 minimalis, and toko/perusahaan dengan karyawan 2-3 orang aja. Itu menurut gua sudah cukup untuk saat ini, walaupun Cuma berkhayal. Tapi senggak-nggaknya gua punya otak dan pikiran untuk menuju ke situ (rumah dan perusahaan) dan alhamdulillah punya mata, telinga, tangan kaki untuk merealisasikannya (InsyaAllah Qobuuul).
Yang gua heran ke diri gua sendiri, yaitu “ MALAS ” . . .
Jujur, untuk menulis blog ini aja gua campur malas-malas sedikit. Tapi gua paksain untuk diri gua sendiri, karena “obat penawar” untuk orang malas adalah “PAKSA” . . .  percaya gak percaya terserah. Yang jelas, supaya loe bisa percaya, lakukan and “do it” sendiri dah . . .  ceritakan pada semua orang, tetangga loe, adek loe, pacar loe, yang kena penyakit “ Sindrome MALAS “ pakai “AJIAN” ini : PAKSA . . .
Bukan masalah apa-apa gua curhat pada loe semua tentang gua ini. Honestly (jujur aja) gua memang orangnya pemalas. Gua seorang pemuda yang terkena penyakit “ Sindrome Malas “ cukup parah, ato dalam bahasa lainnya “akut” . . . sekarang, gua berpikir kalo gua malas, tidur-tiduran, mabok-mabokan, frustasi, and lainnye yang negatif, “ hidup mahal yang Cuma sekali “ ini gua gunakan untuk itu semua (malas dll), maka mendingan gua “ ke laut “ sekarang, cebur ato istilahnya kata Ian Kasela Radja “ ke laot aja Loe ” . . .